Penggunaan mesin tetas untuk menetaskan telurburung penangkaran, saat ini luas digunakan oleh penangkar burung di wilayah Klaten. Penggunaan mesin tetas ini awalnya disebabkan oleh banyaknya indukan yang membuang telur sendiri yang sedang dierami. Namun belakangan, penggunaan mesin tetas lebih untuk memacu atau meningkatkan produktivitas.
Penangkar mengambil telur burung ketika usia telur baru 2-3 hari dierami dan memasukkannya ke mesin tetas. Mesin tetas ini ada yang buatan sendiri dan banyak juga yang membelinya karena banyak beredar di pasaran.
Jika tanpa mesin tetas dalam satu usia produktif (dari masa tuntas mabung sampai masuk masa mabung lagi) sepasang burung hanya bertelur 5-6 kali (tiap masa bertelur dihasilkan 2-4 telur tergantung jenisnya), maka dengan mesin tetas bisa dinaikkan sampai 8-9 kali. Sebab, begitu telur diambil, maka sepekan kemudian biasanya burung di penangkaran sudah bertelur lagi.
Telur yang biasa dieramkan dengan mesin tetas antara lain cucakrowo,jalak suren, jalak bali, dan murai batu. Sedangkan untuk burungkenari, tidak digunakan mesin tetas untuk mengatasi indukan nakal atau memacu produktivitas, tetapi menggunakan induk babon (burung lain yang sejenis).
Jual “abangan”
Memang, konsekuensi dari penggunaan mesin tetas ini adalah penangkar harus siap sedia segera menyuapi anakan burung begitu burung menetas. Dan meluangkan waktu khusus untuk melakukan hal itu terus-menerus sampai anakan burung bisa makan sendiri.
Di Klaten sendiri banyak penangkar yang tidak punya waktu atau tidak punya anak kandang untuk menyuapi anakan burung. Namun mereka tidak khawatir lagi. Sebab saat ini banyak pengepul “abangan”. Abangan adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut anakan yang baru saja menetas atau burung usia sehari (day old bird). Sejumlah pengepul abangan di wilayah Klaten, siap menjemput burung abangan ke para penangkar dengan membawa kotak khusus untuk menjamin anakan burung selamat sampai di rumah dia. Para pengepul abangan tidak hanya bersedia membeli anakan burung dari wilayah Klaten, tetapi siap menjemput burung-burung “abangan” di seantero Jawa.
Ya, para pengepul abangan ini memang pada akhirnya merupakan “dewa penolong” para penangkar yang tidak sempat menyuapi atau meloloh (hand feeding) anakan burung. Usia berapa pun anakan burung Anda, mereka siap menjemputnya.
No comments:
Post a Comment