Saturday, May 29, 2010

siapakah sebenarnya pengagas MONAS

"siapakah sebenarnya pengagas berdirinya sejarah MONAS"

Spoiler for sejarah:
BERAWAL dari Voorschoten, sebuah kampung di Randstad, Belanda yang masuk dalam Provinsi Holland Selatan. Disinilah Melchior Treub lahir pada 1851. Boleh jadi banyak pembaca yang belum pernah mendengar nama ahli botani Belanda ini. Kelar kuliah di Universitas Leiden, menjadi ahli botani di sini kemudian pada 1880-1909 ia pindah ke Hindia Belanda.

Ia dikenang atas hasil kerja terkait flora tropis di Jawa. Bogor Botanical Gardens atau Kebun Raya Bogor adalah tempat Treub mengabdi sebagai direktur selama 30 tahun. Tempat ini mendapat pengakuan internasional sebagai lembaga ilmiah di bidang botani. Sebagai ahli tetumbuhan, ia berencana membuat jalan silang yang memotong Koningsplein.

Sebelum menjadi Koningsplein atau Lapangan Raja dan kemudian menjadi Medan Merdeka atau Lapangan Monumen Nasional (Monas), lapangan terbesar di dunia ini - meliputi hampir 1 km2 - pernah dijadikan lapangan latihan militer oleh Daendels pada 1809 dan diberi nama Champs de Mars. Sebelum itu, demikian seperti ditulis Adolf Heuken dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, lapangan ini bernama Buffelsveld (lapangan kerbau).

Usai masa kuasa Inggris, lapangan itu kemudian diberi nama Koningsplein atau Lapangan Raja. Gubernur jenderal mulai tinggal di istana negara, maka beberapa instansi pemerintah dan kantor perusahaan besar mulai dibangun di pinggir lapangan ini sejak awal abad 19.

Kembali ke gagasan Treub untuk mengatur lapangan Koningsplein, rencana itu sebagai upaya membuat lapangan itu menjadi lebih bermanfaat dari hanya sekadar lapangan rumput nan luas. Rencana ini terlontar di tahun 1892 dalam sebuat tulisan ilmiah di majalah Teysmannia.

Jalan-jalan yang disarankan Treub mirip dengan Jalan Silang Monas kini. Jalan silang ini bertemu di satu titik berupa bundaran tepat di mana Monumen Nasional kini berdiri. dalam tulisan itu ia juga menyarankan agar di tengah bundaran dibikin kolam atau monumen kecil, sekeliling bundaran dihias petak-petak bunga. Di antara kelompok pohon, yang disarankan Treub, yang mengelilingi bundaran itu dapat dibangun kios atau rumah bola untuk pertunjukan musik di udara terbuka.

Dalam tulisan itu Treub tak lupa mengurai keunikan lapangan seluas sekitar 90 ha itu. Dibandingkan dengan lapangan di kota-kota besar lain di dunia pada masa itu, lapangan Koningsplein tak tertandingi. Saint James Park dan Green Park di London hanya sekitar sepertiga Koningsplein, tulis Treub.

Namun sayang rencana ini ternyata tak ditanggapi penguasa masa itu. Tapi 25 tahun kemudian kotapraja mengajukan rencana baru tentang lapangan itu yaitu balai kota yang diusulkan berada di sisi utara berhadapan dengan istana. Demikian ditulis Siswadhi dalam "Silang Monas Ide Tahun 1892". Rencana ini juga dilengkapi dengan rencana jalan, taman, lapangan olahraga. Lagi-lagi rencana ini kandas.

Tahun 1934 dan 1937 rencana ini muncul kembali dan juga berakhir tenggelam. Dalam rencana tahun 1934 balai kota ditempatkan di Monumen Nasional kini kemudian dari sini dibangun jalur ganda ke Merdeka Utara. Di kiri kanan dibanguna gedung pemerintahan plus Stadion Ikada. Tahun 1937 revisi rencana mencantumkan, bangunan di sepanjang jalan ke balai kota dihapuskan dan Stasiun Gambir digeser ke utara.

Kemudian datanglah masa itu, masa 1960-an di mana Presiden pertama RI Soekarno kemudian membangun Monumen Nasional (Monas) sekaligus jalan silangnya. Setelah 70 tahun gagasan Treub terlunta-lunta akhirnya Soekarno yang menuntaskan semua rencana. Ia memerintahkan racangan menyeluruh untuk lapangan dan daerah sekitarnya hingga ke Jalan Thamrin. Bangunan lama seperti istana dan Willemskerk, gereja di seberang Stasiun Gambir, dipertahankan.

Kini, lebih dari seabad sejak Treub melontarkan rancangan dan gagasan atas lapangan Koningsplein, lapangan Monas dibiarkan terbuka dengan berbagai jenis pepohonan, air mancur, bahkan ditambah atraksi rusa - yang tak terdengar lagi kabarnya.


sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3387457

No comments:

Post a Comment