Jumlah angka penderita obesitas di Indonesia selalu naik dari tahun ke tahun. Menurut sensus kesehatan nasional pada 1989, prevalensi obesitas di perkotaan adalah 1,1 persen, sedangkan di pedesaan 0,7 persen.
Sepuluh tahun kemudian, angka itu meningkat jadi 5,3 persen di kota dan 4,3 persen di desa. Pada 2004, Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) menemukan bahwa prevalensi obesitas itu meningkat jadi 9,16 persen pada pria dan 11,02 persen pada wanita.
Bahkan bila dilihat dari ukuran lingkar pinggang, 41,2 persen pria mengalami obesitas karena lingkar pinggangnya melebihi 89 cm, sedangkan 53,3 persen wanita mengalami obesitas karena lingkar pinggangnya lebih dari 79 cm.
Ahli Gizi dari Persatuan Gizi Indonesia (Persagi) Ida Ruslita Amir MKes mengatakan, masalah sulit makan bukan hal yang aneh bagi orangtua, karena sulit makan ini menjadi salah satu masalah bagi anak-anak. Hal tersebutlah yang seharusnya menjadi perhatian, karena jika tidak, bisa-bisa anak terganggu pada masa pertumbuhannya.
”Berikan suasana menyenangkan saat waktu makan, dan tidak lupa untuk berikan ucapan yang bersifat penghargaan apabila makanan anak habis,” tuturnya saat menjadi pembicara Seminar Semangat Keluarga Bendera yang diadakan Frisian Flag Indonesia di Pasar Rebo, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan penelitian terbaru pada sekitar 100 anak prasekolah usia 4–6 tahun di Jakarta, disebutkan 33,6 persen mengalami kesulitan makan. Kemudian yang termasuk menderita malanutrisi (kekurangan gizi) ringan 44,5 persen dan termasuk malanutrisi sedang 19,2 persen.
Dalam menerapkan pola sehat, dibutuhkan asupan gizi yang seimbang. Gizi seimbang ini dibutuhkan selain untuk kesehatan, juga untuk mengatasi kekurangan dan kelebihan berat badan sehingga membentuk badan ideal.
Badan yang ideal adalah seseorang yang memiliki jumlah berat badan yang pas, tidak berlebih atau tidak kurang. Selain itu, juga asupan gizinya seimbang. Ada seseorang yang kurus, tetapi sangat kurang karbohidrat, itu sangat tidak baik untuk tubuh.
Ida mengatakan bahwa hidangan sehari-hari harus yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk hidup sehat secara optimal.
”Tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh manusia. Untuk itu, pentingnya aneka ragam makanan akan saling melengkapi dan menutupi kekurangannya,” tuturnya.
Zat gizi terdiri atas zat makro, yaitu lemak, karbohidrat, dan protein, serta zat mikro, yakni protein, vitamin, dan mineral serta air. Makanan berfungsi memberikan energi (lemak, karbohidrat, protein) serta sebagai pertahanan tubuh dan penting untuk pertumbuhan (protein, vitamin dan mineral, air).
”Menyeimbangkan apa yang kita makan sesuai kebutuhan dengan kegiatan fisik sehari-hari sangatlah penting dilakukan, dan jika untuk anak-anak, hal tersebut harus diperhatikan orangtua masing- masing,” tuturnya.
Menjadi tugas orangtua juga, terutama ibu, untuk mengenalkan aneka ragam bahan makanan, termasuk sayur, supaya anak kenal akan aneka ragam bahan makanan sejak awal. Karena jika anak tidak mengenal, mereka menolak dan susah makan. Yang harus diperhatikan selanjutnya adalah porsi kelompok makanan, serta membatasi makanan berlemak, gula, dan garam.
”Sumber protein dan kalsium yang baik untuk aktivitas sehari- hari juga bisa didapat dari susu,” ungkapnya.
Dokter Gizi Klinik dari Klinik Spesialis Semanggi dr fiastuti Witjaksono Msc SpGK mengingatkan, yang terpenting adalah dengan menerapkan 3 J, yakni jumlah kalori sesuai kebutuhan, jadwal makan yang teratur, dan jenis makanan yang beraneka ragam dengan komposisi karbohidrat, protein dan lemak seimbang, di samping nutrient spesifik yang terpenuhi.
”Rumus makan bisa disederhanakan menjadi tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil untuk setiap harinya agar badan tetap sehat, dan jangan lupa untuk selalu menerapkan pola konsumsi dengan aneka ragam makanan yang bukan hanya untuk dewasa, melainkan juga untuk anak-anak yang bisa dimulai sejak dini,” pesan dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2009/12/26/27/288300/27/kenali-makanan-bergizi-sejak-dini
No comments:
Post a Comment