Sebagaimana diberitakan The Guardian pekan lalu, pada sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature, David Egholm dari Universitas Aarhus, Denmark menunjukkan bahwa ketinggian gunung lebih dipengaruhi oleh es serta cakupan sungai es dari pada sebuah kejadian tektonik.
Gunung terbentuk akibat tabrakan antar lempengan kontinental yang mendorong daratan naik. Tumbuhnya sebuah gunung terjadi sebesar 10 mm per tahun di tempat-tempat seperti New Zealand dan sebagian di Himalaya, tetapi biasanya pertumbuhan terjadi sebanyak 2-3 mm per tahun.
Pada iklim yang lebih dingin, jumlah salju pada gunung bergerak turun dan mengakibatkan terjadinya erosi di ketinggian yang lebih rendah. Pada tempat yang lebih dingin jauh dari garis khatulistiwa, ia menemukan erosi yang diakibatkan oleh salju dan es menyamai pertumbuhan yang diakibatkan oleh benturan lempengan bumi.
Analisis tersebut menyebutkan gunung memiliki wilayah daratan yang tertutup oleh lapisan salju, setelah lapisan salju tersebut terkikis, pada umumnya gunung hanya tumbuh sekitar 1.500. Jadi ketebalan dari lapisan ini sangat bergantung dengan keadaan iklim dan garis lintang yang menentukan ketinggian mereka.
Pada ketinggian yang lebih rendah, di mana kondisi atmosfir lebih hangat dan lapisan salju yang tebal seperti di sekitar khatulistiwa, lapisan salju biasanya setebal 5.500 m di puncak ketinggiannya. Jadi tinggi gunung dapat mencapai 7.000 m, jelas Egholm. Dia menggunakan peta radar dataran bumi yang diciptakan oleh NASA pada 2001, untuk mengukur ketinggian gunung yang ada di bumi dalam satu waktu.global
No comments:
Post a Comment