Wednesday, May 22, 2013

Memelihara perkutut bakalan


Kebanyakan masyarakat kita memelihara perkutut asal punya saja. Bibit atau anak perkutu yang dibeli dari pasar hewan dan  tidak pernah atau jarang dengan cermat memilih mana yang baik. namun ini sah-sah saja ibarat penggemar dalam kategory entry level untuk pengenalan cara memelihara, daripada sudah beli mahal-mahal malah mati.  Penggemar yang masih baru umumnya kurang tau persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan calon burung perkutut yang bermutu dan bersuara bagus. Akibatnya,  setelah burung dirawat baik-baik dalam waktu cukup lama, malah jadi kecewa. Harapan semula akan mendapatkan burung bersuara merdu, ternyata suaranya jelek, iramanya tidak bagus, anggungannya monoton, sehingga membosankan didengar.
Bagi penggemar yang sudah memiliki pengetahuan akan suara anggung perkutut yang baik, pengalaman serupa itu jelas tidak menyenangkan. Merawat bakalan sampai menjadi perkutut yang rajin manggung tidaklah mudah,  karena membutuhkan perhatian, waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. lebih parah lagi kalau bakalan  dibeli dengan harga mahal.

Tips Memilih Perkutut Bakalan:
Harus Jantan
Perkutut yang rajin berbunyi dan manggung dengan baik hanyalah yang jantan. Di alam bebas, anggungan burung jantan diperdengarkan untuk memikat calon pasangan betinanya.
Jadi bakalan yang akan dipilih dan dipelihara sebagai burung penyanyi haruslah yang jantan. Perbedaan kelamin jantan-betina pada perkutut muda, bisa diketahui dengan merabah supitnya (tulang yang terletak di bawah dubur dan di antara pangkal paha). Caranya, tubuh burung dipegang dengan tangan kiri, lalu diraba tulang supitnya dengan telunjuk kanan atau ibu jari. Kalau bagian supit itu terasa sempit dan keras, tak diragukan lagi, pasti burung jantan kalau terasa renggang dan empuk, pasti burung betina.  Selain itu bentuk kepala burung jantan umumnya agak besar, lonjong memanjang, dan betinanya kecil agak membulat.
Mendapatkan burung jantan saja belum cukup. Untuk mendapatkan calon penyanyi yang baik masih diperlukan sejumlah persyaratan, antara lain ciri-ciri berdasarkan katuranggan dan ciri mathi. Umumnya bakalan perkutut belum berbunyi yang bisa diharapkan jadi burung penyanyi, tanda-tandanya sebagai berikut:

Bentuk Kepala
Bentuk agak lonjong memanjang (oval melancip seperti buah pinang muda) matanya bersinar ceriah, terang (warna biru muda atau coklat muda), titik hitam pada bola mata besar, bening. Paruh tebal, kukuh, tidak terlalu panjang. Lubang hidungnya menonjol tinggi ke atas,lubang hidungnya yang lebar tertutup/terlindungi sayap hidung, bersih.

Bentuk Leher
Bentuk leher panjang, bagus, tegak lurus dengan posisi kepala yang terangkat seperti dongaknya ular kobra. pangkal leher mengembang, yang merupakan kantong suara.
Badan
Dada bidang, punggung agak bungkuk, dan warna lorek-lorek pada bulu badan lembut kulit ketiak lemas, tidak tegang. bulu sayap panjang. Bulu sayap yang pertama besar-besar tiap sayap terdiri dari 21 sampai 25 lembar bulu. Perkutut yang sudah bunyi sayapnya nglengsreh (turun ke bawah).,  bodi badan singset.

Pijakan Kaki
Sikap berdirinya sangat kokoh, mantap, dengan Supit udang (tulang paha) kanan kiri merapat.  Jari kaki panjang,  sisik kaki kasar, tersusun rapih di bawah dan pada sisik akhir ditutup dengan sebuah sisik besar. Warna sisik agak kemerahan, kehitaman,  pada telapak kaki bertitik putih.

Ekor
Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin mengecil. Tombol ekor alias brutu besar, tinggi meruncing dan mendongak ke depan.
Burung bakalan dengan tanda-tanda seperti di atas, besar harapannya menjadi burung yang rajin manggung nantinya,  kalau betul-betul dirawat dengan baik.
Lebih bagus lagi kalau bakalan yang akan dibeli itu adalah burung yang telah cukup lama dipelihara orang, dan sudah berbunyi. karena yang paling tepat dalam memilih perkutut adalah dengan mendengarkan bunyi suaranya.

No comments:

Post a Comment