Tuesday, October 13, 2009

Perang Retorika Turki-Israel Pasca Pembatalan Latihan Militer Bersama

Pasca dibatalkannya rencana latihan militer bersama dengan sandi "Langit Anatolia" antara Turki dan Israel, sebuah babak baru berupa "perang retorika" antara kedua negara kuat di Timur Tengah itu kini mengemuka.

Sebagaimana dilansir media-media internasional, secara mengejutkan Turki membatalkan latihan militer bersama dengan Israel yang sejatinya akan digelar di atas area Turki beberapa hari yang lalu.

Turki membatalkan proyek besar ini dengan alasan kemanusiaan, yaitu karena memandang "Israel telah melakukan kejahatan terhadap Gaza dan Palestina, dan langit Turki tidak akan rela untuk dilewati oleh pesawat-pesawat Israel yang telah merobohkan rumah-rumah warga Gaza".

Beberapa sumber pejabat Israel menuduh Turki mulai menelikung dan meninggalkan Israel sebagai sekutu terdekat dan mitra strategis di kawasan sejak negara Israel "didirikan" pada 1948.

Sumber pejabat Israel lainnya menyinggung, dengan keputusannya itu (membatalkan latihan militer bersama), Turki mulai berbelok arah menuju blok "pemusuh Israel" dan blok Arab.

Atas keputusan yang membelakakan mata internasional ini, beberapa pejabat Israel juga mengusulkan opsi untuk memutuskan aktivitas penjualan senjata ke Turki.

Sementara itu, pejabat senior kenegaraan Israel, semisal Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, justru tampak berhati-hati dalam mengomentari peristiwa ini.

Dengan diplomatis, Barak menegaskan bahwa dibatalkannya latihan bersama antara militer Turki dan Israel itu sama sekali tidak mempengaruhi hubungan antara kedua negara.

"Turki tetap mitra strategis Israel," terang Barak.

Lebih jauh, Barak juga menghimbau kepada pihak dalam negerinya untuk tidak terpancing mengeluarkan statemen yang kontroversial dan provokatif terkait peristiwa ini.

Sementara itu, di satu sisi yang lain, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu menanggapi statemen pihak Israel dengan menyatakan bahwa keputusan ini tidak diambil secara sepihak, melainkan hasil musyawarah anatra pihak pemerintahan dengan militer Turki.

"Sama sekali pembatalan ini bukan karena alasan politis," terang Oglu.

Dalam wawancaranya dengan kanal berita CNN, Oglu juga mengatakan, Turki menginginkan Israel memperbaiki dahulu "hubungannya" dengan Gaza jika ingin melakukan latihan militer bersama dengan Turki.

Dalam hal ini, tampak Oglu hendak memainkan kartu mati yang menegaskan jika Israel hendak menjalin hubungan yang lebih baik dengan Turki, maka Israel harus terlebih dahulu menjalin hubungan yang baik dengan Israel.

Kartu plus lainnya yang dimiliki oleh Turki adalah statusnya sebagai anggota pakta NATO, yang juga menjadikan Turki sebagai satu-satunya negara Muslim yang menjadi anggota pakta pertahanan negara-negara kuat tersebut.

Lebih jauh lagi, Turki menggunakan retorika "kemanusiaan" terkait kasus Israel-Palestina ini, dan tidak membawa-bawa emosi atau retorika keislaman atau kearaban, hal yang juga menjadi kartu plus Turki di hadapan negara-negara Barat. Dalam hal ini pula, Turki diuntungkan oleh proposal Uni Eropa yang mendorong Turki untuk lebih meningkatkan standar HAM-nya sebagai prasyarat menjadi anggota Uni Eropa.

Langkah taktis, cerdas, dan tegas Turki ini sungguh menggugah dan menginspirasi. Turki telah membuktikan pihaknya memiliki posisi tawar yang tinggi dan kuat di hadapan Israel, bahkan di hadapan dunia Islam dan dunia internasional.

Jelas, hal ini kian membedakan Turki dengan negara-negara Arab, yang karena sikapnya yang mlempem dan tak cerdas, pada akhirnya menjadikan Arab terus menerus dicemooh dan dikadali. (L2/db)

sumber : http://www.eramuslim.com/berita/dunia/perang-retorika-turki-israel-pasca-pembatalan-latihan-militer-bersama.htm

No comments:

Post a Comment