Friday, October 5, 2012

Mengatasinya ekor murai yang rusak

Tulisan dengan “kategori” tercecer adalah tulisan yang saya ambil dari tanya jawab yang muncul di web ini tetapi tenggelam karena berada di “halaman dalam” (tanya jawab di bawah sebuah postingan). Ada beberapa di antaranya cukup menarik dan perlu saya angkat untuk sekadar menambah wawsan untuk yang tisdak sempat membuka-buka arsip tanya jawab website ini.


Pertanyaan :
Saya punya murai batu  katanya sih lampung. ciri cirinya badannya agak besar dengan ekor yang ukuran sedang-besar-besar, kalo diliat sudah memenuhi kriteria burung yang baik dari segi kepala, leher, badan dan leher, umurnya masih muda karena menurut yang punya dulu baru mabung 1x dari waktu trotol.

Diliat dari kaki juga masih muda banget, sekarang dah bunyi + type ngerol jg cuma ga rajin banget.. isian jg lmayan banyak kaya gereja tarung, lovebird, ciblek dll.. cuma saya dapat masalah dari bulu ekornya, kata pemilik lama bulu ekor belum mabung alias masih bawaan trotol ± 15 cm cuma bulunya pecah2 seperti sisir.
      • Bagaimana tips agar burung cepat mabung? karena dari EF-nya saya beri banyak ulat hongkong pun belum juga mabung.
      • Ada kemungkinan ekor nambah panjang nggak? ukuran murai batu  lampung panjang ekor berapa?
      • Bagaimana cara nglatih mental fighter yang bagus? karena kemarin saya coba tempel dengan murai batu  tetangga hanya nunggu serangan sedangkan lawan jg sama2 nunggu.
      • Bagaimana caranya agar bunyinya rajin sekali?
Untuk EF-nya saya beri jangkrik 6/6, ulat hongkong 3/3 ukuran besar.
Thanks sebelumnya
Galih
 
Jawab:
  1. Bulu ekor yang rusak, ada beberapa penyebabnya: 
    • Karakter murai batu  yang memang “ngruji ekor”. Ada burung yang memang punya tipe “ekor duluan kalau nabrak jeruji sangkar” (disebut “ngruji ekor”). Coba perhatikan bagaimana murai batu ketika nabrak jeruji. Kalau dia menahan badan bawah di jeruji menggunakan ekor dan sebagian besar ekor otomatis keluar dari sangkar, berarti burung memang bertipe “ngruji ekor”. Burung seperti ini, dalam kondisi bulu barupun, ekornya terlihat rusak. Lama-lama, daun ekor pecah dan ekor secera keseluruhan menyerupai sisir dua muka. Ini karakter dan tidak bisa diubah. Karenanya, ya diterima saja apa adanya, hehehehe.  
    • Kena kutu/pernah kena kutu. Kutu menyebabkan bulu burung rusak. Perlu dicek, apakah di bulu-bulu tertentu (pangkal bulu ekor, leher, sayap) ada warna putih2 seperti tepung di bagian yang dekat dengan batang bulu. Kalau iya, berarti ada kutunya dan perlu ditangani dengan penyemprotan air daun sirih. Rebus daun sirih dan airnya (jangan terlalu kental) digunakan untuk menyemprot bulu murai batu  selama tiga hari. Setiap setalah semprot, jangan langsung dibilas dengan air, tetapi tunggu sampai sekitar 30 menit. 
    • Sering langsung dijemur begitu habis mandi/kena air. Penjemuran ketika kondisi bulu basah, menyebabkan bulu terlihat / mudah rusak. Sebab, ketika bulu belum sempat ditatan rapi oleh burung, sudah kering duluan. Ini ibarat baru saja mandi dengan rambut basah dan cuma dihanduki langsung di-hairdryer. Dijamin rambut kelihatan mawut sekali.
  2. Mabung tidak bisa dipaksakan. Kita hanya bisa mempercepat/menyempurnakan proses mabung ketika proses sudah terlihat dimulai (jatuhnya bulu2 kecil). Cara untuk treatmen mabung sudah ada di situs ini dan bisa cari.
  3. Mengenai ekor MB, bisa baca-baca lagi situs ini untuk kategori “Murai Batu”. Sudah relatif bisa dijadikan referensi.
  4. Cara nglatih mental yang sering dipertemukan dengan murai batu  lain tetapi tidak perlu lama-lama. Sebab, mempertemukan dengan murai batu  lain sekadar untuk memancing dia bunyi. Setelah dia bunyi, pisahkan sehingga tidak sama2 melihat. Masing-masing akan bunyi tanpa ada rasa terintimidasi dan “merasa sama-sama menang”. Hal itu akan meningkatkan mental tanding.
  5. Burung mau rajin bunyi kalau kondisinya fit (fisik dan mental/tidak takut orang lagi). Meski demikian, ada burung yang memang hanya mau bunyi pada waktu2 tertentu. Ini karena kebiasaan sejak lahir. Karena itu saya sarankan kalau memelihara burung, khususnya MB, adalah burung hasil tangkaran. Burung hasil tangkaran relatif sudah rajin bunyi sejak trotol dan tidak pernah ada masa berhenti bunyi. Dengan syarat, sejak awal sudah terbiasa dengan lingkungan ramai.
Tambahan :
Coba kalau ada beri kroto. Kalau tidak ada, jangkrik bisa diteruskan. Ulat hongkong tidak perlu. Kalau memang mau diberi UH, beri dulu ulat UH itu dengan pakan daun kates/pepaya (warna UHnya jadi gelap) atau wortel m(warna UHnya jadi terang/cerah seperti warna wortel).
Okey ya ? Kalau nggak puas, bisa tanya lagi.

Pertanyaan :

Murai saya kemaren di adu trend kok ga mau bunyi ? padahal di rumah gacor bener ,mau bunyi, apa kurang dikasi jangkrik ya atau kurang dijemur, trus ciri-ciri murai medan super kaya apa, soalnya saya beli murai medan ini katanya super, gitu aja. Makasih.

Jawab:
Untuk ditrek, tergantung kondisi mental loh . Jangan-jangan beli murai batu  yang sudah pernah “kalah” dalam arena trek. Bukannya nakut-nakuti, murai batu  kalau pernah kalah dalam trek-trekan, biasanya “ngeper” kalau diadu. tetapi faktor usia juga berpengaruh. Untuk murai batu  medan super atau bukan super sebenarnya sama saja, tergantung penamaan daerah tertentu. Jenis “medan” juga sebenarnya sekadar penamaan untuk murai batu  yang berasal dari wilayah Sumut. Cuma di Sumut sendiri banyak murai batu  dari luar wilayah itu, bahkan datang juga dari Lahat, Aceh dll.
Ekor panjang sedikit melenglung dan kalau membuka berbentuk kipas, biasanya sebagai penanda bahwa itu burung murai batu  medan (itu minimal pengertian di Solo loh). Jaadi bukan sekedar melengkung atau panjang saja.

Pertanyaan:
Selamat siang, Bos! dah lama gak jumpa ya…
Gini, kemaren sy diajak sm teman ke PB Depok, mumpung banyak murai batu  MH (katanya) sekalian suruh pilihin gt, tetapi sy tolak krn boro2 pilihin, bedain kelamin aja gak tau kok he..he..he
Pertanyaan sederhana, bgmn cara bedain kelamin pada murai batu  MH gt (soalnya ditagih trs nich). matur suwun

Jawab:
Kalau untuk trotol, kalau di bagian pangkal lidah ada hitamnya/gelap (pada bagian cabang yang menghadap ke dalam) berarti jantan.
Kalau sudah lewat trotol, cari yang bulu hitamnya terlihat ada kilauan (sambililer, meski sedikit) atau yang hitamnya legam. Pilih yang suara kreknya “dalam” bukan nyaring. “Krek” suara murai batu  jantan sama betina banyak nyaring yang betina.

No comments:

Post a Comment